Kesetiaan
“Sebab kasih setiamu-Mu dibangun untuk selama-lamanya; kesetiaan-Mu tegak seperti langit.” (Mazmur 89:3)
Akir Desember 2004, gempa mengobrak abrik seluruh pemukiman wilayah Aceh dan Nias, Sumatera Utara. Hoki, kemudian membawanya kepada pak Johan, salah seorang aktivis gereja, tempatnya beribadat sekaligus pencari nafkah orang tuanya. Dari perkenalan itu putranya Wisnu di terima sebagai seorang arsitektur pada perusahaan kontraktor, yang selama ini bermitra dengan sebuah LSM asing di Jerman. Lembaga tersebut kemudian menugaskan Wisnu, seorang calon insonyiur dari ITB, menginventarisasi rumah-rumah yang rusak, untuk selanjutnya dibangun pemukiman di Kabupaten Nias. Ibarat nasib, Tuhan jugalah menentukannya. Berkat pergaulan dengan seorang relawan asal Jerman, maka setelah selesai bertugas di Nias, Wisnu ditawarkan sang teman asal Jerman untuk bekerja pada sebuah perusahan instalasi listik di negeri tersebut. Kemujuran ternyata memihak pada Wisnu, anak sang koster yang setia itu. Bak gayung disambut, Wisnu pun tak mendapat kesulitan untuk mengurus fiskal untuk bekerja di luar negeri.
Perpisahannya dengan sang kekasih, Yolanda, terang membuat kedua insan remaja ini sepakat saling percaya diri. Kesetiaan Wisnu dan Yolanda semakin memperteguh persahabatan antara dua manusia berlawan jenis. Selain Yolanda kini bekerja sebagai seorang asisten manajer di sebuah hotel di Bandung, juga karena keduanya telah sama-sama dewasa, baik sikap maupun iman.
“Cinta yang dibasuh dengan air mata, akan tetap indah dan suci selamanya.”
(Kahlil Gibran)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home