Mengejek
“Tetapi sekarang aku menjadi sajak sindiran dan ejekan mereka.” (Ayub 30:9)
Nurhayati (nama samaran-red) gadis berusia 13 tahun itu ditemukan gantung diri di atas plafon rumahnya. Ia menggunakan sehelai selendang yang biasa digunakan untuk menggendong adiknya. Selidik punya selidik, ternyata kematian Nur akibat ejekan teman-teman akan profesi sang ayahnya seorang ‘tukang somay.’
Ya, saban hari teman-teman di sekolahnya mengejeknya dengan berteriak, somay, somay, somay… setiap kali dia lewat di hadapan mereka. Nur lalu meninggalkan sebuah surat wasiat yang menceriterakan tentang perasaan dan penderitaan yang dialaminya atas perlakuan teman-teman di sekolah. Salah satu pesan yang ditulis dalam secarik kertas itu berbunyi sbb: “Saya merasa malu karena orang tua saya diejek dan disapa dengan ‘somay’. Saya sebenarnya bercita-cita untuk membantu orang tua dan adik-adik saya yang masih kecil, setelah tamat sekolah.” Banyak orang boleh jadi beranggapan bahwa mengejek seseorang merupakan suatu perbuatan biasa dan bersifat hiburan. Namun bercermin dari kasus di ata dapat dilihat betapa mengejek dapat berubah makna menjadi suatu kekerasan yang amat fatal.
Alkitab cukup banyak menyinggung perihal ‘ejekan’ yang dilakukan sekutu Yesus. Apakah diantara Anda juga pernah melakukan hal yang sama yang dialami oleh gadis kecil, Nur di atas? Nah, ini sebuah pengalaman bagi kita semua.
“Rasa duka jauh lebih melelahkan dari semua rasa lainnya dan membawa tidur yang lebih lelap.” (Geoge Louis Palmella Buisson du Maurier)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home